EKONOMI PERTANIAN : Membenahi Tata Kelola Pangan Dalam Momentum Hari Pangan Sedunia
• Apa itu ekonomi pertanian?
Mencakup pertanian di sosial ekonominya, bukan dibagian on farm (budidaya) tetapi dibagian off farm-nya dimana ekonomi pertanian ini menunjang kegiatan pertanian seperti produksi, tenaga kerja, pemasaran dsb.
• Bagaimana tata kelola pangan, terkait dengan pertanian
Tata kelola pertanian sudah pada jalurnya namun belum maksimal. Hal ini dibuktikan dengan subsidi yang masih difokuskan pada pemenuhan kebutuhan pangan murah. Padahal jika murah maka NTP (nilai tukar petani) tetap rendah dan petani biasanya tetap saja dimiskinkan. Bagaimana produksi tinggi jika petani tidak tertarik sebagai profesi. Jadi subsidi yang masih belum tepat sasaran dan belum maksimal dipemerintahan kita. Petani sebenarnya sudah diurus, tetapi subsidinya masih disektor pupuk dan bibit (di hulu) belum di hilirnya. Contoh negara yang pertaniannya maju yaitu Thailand subsidinya itu diharganya, contoh membeli buah durian di Thailand harganya lebih mahal dari pada di Carrefour Indonesia. Karena di Thailand subsidi pemerintah diberikan pada harga pokok komoditas pertanian, harganya itu disubsidi jadi jika petani panen, hasil panen itu dibeli mahal oleh pemerintah dan dijual dengan harga yang bersaing juga oleh pemerintah. Hal ini seperti menggaji petani (memberi kontribusi yang tepat).
Pupuk dan bibit sebenarnya sudah dibantu oleh pemerintah tetapi kadang tidak sampai kepada petani. Hal ini dikarenakan saking banyaknya petani dan kurangnya penyuluh yang mana idealnya satu desa satu penyuluh. Penyuluh kita kurang sehingga kadang petani yang ada di pelosok tidak tahu ada bantuan dan tidak terjangkau (pupuk dan bibit tidak tersalurkan semua).
Karena petani kurang diurus dan adanya produktivitas yang rendah, penguasaan teknologi rendah, otomatis hal ini berdampak pada tata kelola pangan yang masih belum bagus dan terealisasi dengan baik karena memang belum terurus. Jika diurus dengan baik, lembaga tidak ego sektoral (lembaga harus terbuka) hal ini akan membuat petani cukup, namun karena simpang-siur (impor yang tidak seimbang) sehingga tata kelola pangan belum baik.
• Persoalan yang patut menjadi perhatian serius pemerintah terkait masalah ekonomi pertanian
Produktivitas yang masih rendah, penguasaan teknologi yang masih rendah, struktur usia petani yang tua (yang muda kebanyakan tidak mau jadi petani), subsidi yang masih belum tepat sasaran (subsidi banyak yang tidak sampai kepada petani), adu kepentingan antar lembaga (kurang terbuka) terkadang ego sektoral masih sering terjadi dan komitmen yang lemah dari semua pihak. Adapun dari perguruan tinggi negeri adanya riset yang belum baik, jikapun sudah bagus tetapi operasionalnya masih sulit dilakukan. Kemenristek-Dikti sedang menggalakkan program bagaimana supaya ada hilirisasi riset (riset dilakukan atau dipraktekkan bukan hanya sekedar dipublikasikan saja tetapi bagaimana agar bisa dimanfaatkan).
Salah satu contohnya yaitu produk bumbu racik siap saji, riset ini dikompetisikan di CPPBT (calon pengusaha pemula berbasis teknologi) UNNES disini mendapatkan 3 program atau produk yang didanai oleh Dikti. Kriterianya yaitu apabila riset itu bisa dijual di pasaran (bisa diaplikasikan atau dikomersialkan di lapangan.
• Bagaimana cara memperbaikinya
Produktivitas yang rendah bagaimana produktivitas bisa tinggi, saat ini petani di Indonesia masih petani gurem dan kecil yang mindsetnya cuma sekedar untuk makan sehari-hari. Bagaimana caranya mengubah petani subsistem ke agribisnis, caranya dengan mengumpulkan petani dengan bapak angkatnya yaitu petani besar sehingga produktivitasnya bisa bertambah besar dan pascapanennya bisa awet. Yang paling penting bukan hanya produktivitas tetapi juga pemasarannya, berkaitan dengan hal ini sudah ada terobosan dari Badan Ketahanan Pangan dimana di Jawa Tengah badan ini membuat toko tani, petani bisa menjual hasil panennya ke toko ini tanpa harus melalui tengkulak. Sehingga bisa mengurangi mata rantai karena hasil ini langsung didistribusikan ke konsumen.
• Harga komoditas beras bisa murah
Harga beras tergantung varietasnya, beras yang baik yaitu rojolele. Harga beras kalau bisa kurang dari Rp. 10.000 (antara Rp 7.000-8.000) agar bisa bersaing dipasaran. Tetapi karena panjangnya rantai distribusi, impor yang tinggi, dan kurangnya komitmen antara pemerintah dengan petani.
Petani diharapkan dapat meningkatkan produksi pertanian, tapi faktanya lahan semakin sempit karena adanya alih fungsi lahan. Perlindungan lahan abadi lewat Peraturan Daerah tentang otonomi daerah, hal ini justru membuat daerah leluasa membuat program pertanian, akibatnya cita-cita swasembada nasional sulit tercapai. Harusnya ada komitmen antara pusat dan daerah serta pemetaan komoditas unggulan dan kalender tanam terpadu. Tidak mengubah lahan hijau menjadi beton-beton. Di Thailand terdapat pemetaan komoditas unggulan dan setelah panen raya kemudian hasil panen dibeli oleh pemerintah.
• Pengaruh cuaca ekstrem
Idealnya petani harus ada yang mendampingi (penyuluh) untuk membantu petani. Penyuluh ini dapat memberi informasi kepada petani tentang tanaman apa yang harus ditanam, info cuaca dari BMKG dll. Permasalahan saat ini jumlah penyuluh pertanian yang kurang jika dibandingkan dengan jumlah petani. Pertanian ini memang terdapat bantuan dari BABINSA (terdiri dari tentara-tentara) tetapi tentara-tentara ini secara ilmu pertanian sangatlah kurang.
• Komoditas yang harus menjadi titik perhatian penuh
Produksi dalam negeri harus ditingkatkan, insentif produksi perlu didukung penuh oleh semua pihak. Pemerintah perlu mengalihkan subsidi dari faktor produksi ke subsidi harga jual sektor padi, jagung, kedelai, serta sektor lain.
• Kontribusi UNNES dan pengajaran seperti apa yang dilakukan kampus UNNES
Semua dosen melakukan Tridharma perguruan tinggi yaitu pendidikan, penelitian, dan pengabdian. Syarat pendidikan yaitu penelitian, implementasinya diabdikan. Penelitian yang ada di UNNES terbukti dan pengabdiannya sudah diimplementasikan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar. Dana dari pengabdian ini didanai oleh lembaga seperti Dikti, Pertamina dll. Contohnya yaitu di desa Kandri (desa wisata binaan UNNES), bekerja sama dengan BATAN dan diberikan bantuan padi bernama “sidenok”. Kerja sama dengan dinas pertanian semarang. Produk padi ini sangat lah bagus karena padi itu tahan wereng, panennya berlipat ganda, sehingga produk ini pantas diimplementasikan dimasyarakat.
Sistem triple helic kalau bisa diganti menjadi penta helic. Jadi antara ABGC dan perbankan harus bekerja sama dengan baik. Akademi dalam hal ini berperan dalam ide-ide kreatifnya, bisnis sebagai mitra, government (pemerintah) sebagai pemutus kebijakan dan memberikan kemudahan untuk petani dalam hal ekspor karena kebanyakan petani takut melakukan ekspor sebab harus membayar pajak yang mahal serta mengurus hal-hal lain yang cenderung tidak simpel (ribet). Kepada mahasiswa UNNES diharapkan dapat menjadi entrepreneur.
• Kesimpulan
Yang paling urgent saat ini adalah paradigma subsidi pangan dan komitmen antar lembaga serta eko sektoral harus dihapus.
Komentar
Posting Komentar